Maret
06
![]() |
Surat Kabar Harian Tribun Kaltim. Ahad, 06 Maret 2016 |
Data Buku
Judul : Aku Memang Unik
Penulis dan Ilustrator : Herlina Kartaatmadja
Halaman : 148
Penerbit : BIP ( Bhuana Ilmu Populer)
INFERIORITAS
adalah perasaan rendah diri. Sebagai orangtua, tentu menginginkan anaknya
tumbuh dengan kepercayaan diri. Bagaimana mengatasi anak yang kepercayaan dalam
dirinya masih rendah? Salah satunya melalui buku cerita. Buku yang berjudul
“Aku Memang Unik” ini bisa menjadi pilihan orangtua sebagai acuan. Penulis
menggunakan tokoh berupa hewan, tumbuhan, bangunan dan manusia.
Pada
saat membaca cerita pertama, anak – anak akan diajak bertemu dengan cumi –
cumi. Apa warna tinta cumi – cumi? Tentu jawabannya hitam. Namun, tidak
demikian halnya dengan seekor cumi – cumi bernama Kamou. Warna tintanya dapat
berubah – ubah sesuai apa yang dimakannya. Hmm... Melihat tinta anaknya
berbeda, orangtua Kamou khawatir. Mereka pun membawanya
ke ahli terapi. Sayangnya, tintanya tak juga menghitam.
Suatu
hari diadakan adu tinta yang kriteria pemenangnya adalah cumi dengan tinta
terhitam dan terpekat. Crot..crot...menyemburlah tinta hitam dari banyak
peserta. Tiba – tiba..crot...tinta berwarna merah jambu disemprotkan Kamou
untuk mengacaukan jalannya pertandingan yang dianggapnya membosankan. Peserta
lainnya marah dan mengejar Kamau. Namun, berkat tintanya yang berwarna – warni,
Kamou dapat meloloskan diri. Bagaimana caranya? Mengapa pula ia mendapat pujian
dari Pak Wali Kota? Dapatkah Kamou membuat orangtuanya bangga meski ia berbeda
dengan anak cumi lainnya? Yuk, temukan jawabannya pada cerita Kamou Si Cumi dalam buku ini!
Pada
cerita Kucing Merah di Tengah Danau,
si kucing memaksakan diri tinggal di rumah di tengah – tengah danau. Ia
berkeyakinan lebih mudah untuk menangkap ikan. Lama – kelamaan si kucing merasa
tidak nyaman karena sejatinya kucing tidak terlalu suka air. Ia pun membeli boots agar kakinya tak terendam air. Ia
juga menyedot air danau hingga kering menggunakan pompa. Apa yang terjadi?
Semua ikan justru menggelepar. Si kucing pun mengembalikan air danau seperti
semula. Ia memutar otak mencari cara agar bebas dari air. Membuat bendungan,
itulah yang dilakukannya. Lantas, apa yang terjadi dengan bendungannya? Mengapa
rumahnya berpindah ke pinggir danau? Dari cerita ini, anak – anak sebagai
target pembaca dapat memahami bahwa tidak perlu meniru kebiasaan orang lain untuk bisa hidup bahagia.
Selain
kedua cerita tersebut, ada pula cerita Lotu
si Teratai Pengeluh, Ketika Matahari Ngambek, Kisah Para Penghuni Out Stad dan Kisah si Biru. Kesemua cerita tersebut
ditulis oleh Herlina Kartaatmadja untuk membantu anak selalu percaya diri
dengan segala kekurangan dan kelebihannya masing – masing. Seperti dalam cerita
Lotu si Teratai Pengeluh. Ia malu
hidup di genangan lumpur dan tidak suka dihinggapi kupu – kupu maupun capung. Lotu
pun berandai – andai ingin menjadi kaktus yang dianggapnya lebih keren. Brenda
– pemiliknya – berusaha menyadarkan Lotu dengan memberitahu semua keistimewaan
yang ada dalam dirinya. Menjadi diri sesunguhnya yaitu menjadi berguna bagi
orang lain ( halaman 52).
Ilustrasi
yang dibuat sendiri oleh penulisnya dalam buku ini penuh warna, ditambah teks
yang sedikit tiap halamannnya tentunya disukai oleh anak – anak. Hadirnya buku ini, diharapkan mampu mengatasi
inferoritas dengan memupuk kepercayaan diri anak.