twitter
rss

Pertanyaan apa yang sering diutarakan saat reunian dengan teman, guru, dosen atau bahkan keluarga jauh kita? Ya benar! "Kerja dimana?" Bagi yang bekerja (apatah lagi kalau pekerjaannya di perusahaan bonafit terkenal) pasti dengan ringan menjawab pertanyaan itu. Tapi bagaimana dengan mereka yang berpenghasilan kecil di tempat kerja yang kecil pula atau (hanya) di rumah? Tentu lidah terasa kelu, kalau terjepit dalam kondisi begini ingin rasanya mengambil langkah seribu, Bersedia...Siap...Ya...

Sejak menikah, suami memberikan lampu lalu lintas berwarna merah untukku menyandang predikat wanita karir. Sempat terbaca oleh kedua mataku sebuah postingan di internet yang menuliskan, " Suami yang melarang istrinya bekerja adalah suami yang egois". Berarti suamiku egois? Masak, sih?" Eits..tunggu dulu, kubiarkan akal sehatku berbicara dan beginilah perkataan akal sehatku, "Bukankah dirimu seorang pesakitan yang kapan pun dan dimana pun bisa masuk UGD karena asma?". Hati nuraniku pun menjawab, "Oh, iya ya! Ternyata suamiku bukan tipe orang egois".

Apakah aku bebas dari zona nyaman? Belum! Menyandang gelar sarjana membuatku berjibaku dengan pikiran dan perkataan negatif orang tentang seorang sarjana yang hanya di rumah. "Mbak, nanti kalau suaminya meninggal gimana dengan anak - anak? Bagaimana mereka bisa tetap hidup dan sekolah?" demikian pertanyaan dari salah seorang adik tingkatku. Yang paling amat sangat sering (saking keseringannya) kudengar adalah, "Buat apa kuliah capek -capek, keluar duit banyak, buang waktu kalau cuma jadi ibu rumah tangga. Apa enggak kasihan sama orang tua?"

Daku sudah sering bertanya kepada Fiqri, anak sulungku sejak ia berumur 3 tahun, "Mimi kerja ya?" Jawabnya, "Enggak boleh". "Kenapa", tanyaku balik. Ia hanya menjawab, "Pokoknya enggak boleh". Walau memberikan lampu warna merah bukan berarti suami mengekang kesenanganku. Karena suami tahu cita -citaku sedari dulu adalah menjadi guru, maka diberikan lampu hijau membuka privat anak - anak di rumah. Sisi positifnya, aku tetep bisa menghasilkan pendapatan sembari menjaga Fiqri. Sepertinya ia merasa aman dan nyaman selalu bersamaku.

Tugas antar - jemput Fiqri TK pun kulakoni hingga 1 tahun. Namun, saat ia memasuki masa sekolah dasar (6), sebuah tawaran dari suami untuk menjadi guru di sekolah dasarnya Fiqri datang. Ya, karena suami tertarik dengan pola pendidikan di sekolah tersebut dan asmaku tak pernah datang menyapa lagi sejak 3 tahun lalu. Daku pikir, Fiqri yang akan jadi batu penghalangku. Ternyata daku salah. Fiqri justru mendukungku menjadi salah seorang guru di sekolahnya. Kesimpulan yang bisa kutarik : Fiqri merasa ia ingin aku selalu ada di setiap waktunya. Namun, bukan berarti ia memintaku jadi guru di kelasnya. Anak hanya ingin lebih banyak melihat orang tuanya, terutama ibunya.  Karena daku pernah menjalankan tugas sebagai full IRT dan sekarang merangkap sebagai ibu yang bekerja di luar rumah jadi daku tahu rasa asam manis keduanya.
Di Sekolah


Ada pendapat yang menyatakan: Quality Time lebih utama daripada Quantity Time. Tapi, ada juga yang lebih suka keduanya harus berjalan selaras, serasi dan seimbang. Pada kenyataannya sangat sulit mengkompakkan keduanya. Apatah lagi dewasa ini, seorang ibu akan dianggap bernilai lebih dan wow jika menjadi wanita karir. Sedangkan jika di KTP tertulis status pekerjaan: IRT, mungkin disuruh, "Ke laut aje!"

Paling dongkol kalau IRT dicap dengan kata : HANYA! Coba lihat apa saja yang dikerjaan IRT seharian penuh, dari mulai mata terbangun dari tidur hingga tidur lagi. Rasa - rasanya pekerjaan itu enggak ada habisnya. Kalau di kantor, jam pulang kerjanya jelas. Sedangkan kalau IRT? Bisa diasumsikan jam kerjanya 24 jam, 7 hari, 30 hari, 12 bulan dan seterusnya. Bahkan banyak IRT yang kekurangan jam istirahat. So, masih mencibir IRT? Masih berani memberikan predikat HANYA kepada IRT?

Sarjana tapi IRT enggak dosa kok. Masih bisa berkontribusi kepada masyarakat , misalnya melalui bimbingan belajar atau privat. Apalagi kalau anak didiknya dari kalangan kurang mampu, bernilai sosial bukan? Atau membuka usaha kecil menengah yang mampu membuka lapangan pekerjaan bagi ibu - ibu lainnya? Meskipun di rumah, seorang IRT bisa menjadi Bukan Ibu Rumah Tangga Biasa.

Memutuskan berprofesi di luar rumah juga bukan kesalahan. Tentu dengan segala konsekuensi yang memerlukan pertimbangan matang, seperti siapa yang akan mengasuh anak, bagaimana letihnya sepulang kantor masih harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan sebagainya. Salah itu justru terletak jika kita memberikan stempel kepada ibu yang berkarir di luar rumah sebagai ibu yang tidak sayang pada anaknya, ibu yang mau bebas, ibu yang ingin lari dari pekerjaan rumah tangga atau ibu yang malu jika di KTP - nya tertulis pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga atau apalah pikiran negatif lainnya.Salah itu juga kalau bisanya cuma mengolok - ngolok kepada full IRT.

Ibu SH, sangat menyayangi anak  - anaknya. Jika disuruh memilih, beliau akan memilih sebagai full IRT. Tapi, sayang jika ia tak bekerja keuangan keluarganya akan porak - poranda karena pendapatan suaminya kurang mencukupi biaya bulanan mereka. Seperti sebuah pesan dari seorang sahabat terbaikku yang masuk melalui inbox Fb, "Ternyata ibu bekerja, sebagian bukan karena hobby dan enggak mau urus keluarga, melainkan terpaksa".

Tentu akan banyak Ibu SH lainnya yang bernasib sama, harus bekerja. Jadi enggak fair dong kalau kita memicingkan mata kepada ibu yang bekerja. Bukankah kita sesama wanita? Tegakah wanita menyakiti hati wanita lainnya?

Jodoh, rizki, kelahiran dan kematian telah diatur oleh Pencipta kita. Sebagai hamba - Nya kita menjalankan peran masing - masing melalui jalan juang masing - masing pula. Seperti bumbu dapur, antara satu dengan yang lainnya saling melengkapi sehingga tersaji makanan yang lezat. Masak sih kita manusia yang diberi kelebihan akal dan pikiran kalah sama bumbu dapur? Lebih enakan kalau setiap jalan juang wanita(ibu)dibuat cerita dalam sebuah buku yang dapat menginspirasi wanita(ibu) lainnya. Eh, dapat royalti 'kan dari buku itu nantinya? Asyik enggak tuh?
Stop deh, saling sikut antara IRT dan Wanita Karir!

#stopmomwar' 

Karena setiap wanita punya jalan juang!


Tulisan ini diikutsertakan dalam GA Every Mom Has A Story 


Membaca brosur sebuah sekolah membuat kening saya berkernyit. “Sekolah model apa ini? Aneh” kata hati saya. Kontras dengan apa yang saya fikirkan, anak saya Fiqri justru berkata, “ Saya mau bersekolah di sekolah ini!”. Banyaknya tanda tanya yang bergelantungan di kepala, membuat saya terus menggali informasi tentang sekolah ini dan karena melihat semangat Fiqri yang tinggi akhirnya saya mengabulkan keinginannya bersekolah di sekolah tersebut.

Tak ada seragam putih – merah khas anak SD. Tak ada sepatu sekolah berwarna hitam dan kaus kaki berwarna putih. Yang ada hanya siswa – siswi berpakaian bebas layaknya pakaian mereka ketika sedang bepergian bersama orangtuanya. Kaki – kaki mereka pun “berhias” sepatu boots. Sekolahnya seperti berada di hutan.
 

Kondisi bangunan sekolah juga tak kalah aneh. Aneh karena tak berwujud seperti lazimnya sekolah yang ada. Jika di sekolah pada umumnya berbahan baku semen dengan polesan cat putih atau hijau ( mengikuti program CGH) maka sekolah “aneh” ini didesain sebagai gazebo (saung) yang terbuat dari kayu ulin. Dengan oksigen yang berlimpah dari pepohonan di sekitarnya membuat paru - paru mereka terjaga kesehatannya.

Selain berstatus sebagai sekolah aneh (menurut saya) ternyata sekolah ini termasuk juga dalam kategori sekolah langka karena di Pulau Kalimantan Timur hanya ada 2 sekolah model ini yaitu di Kota Balikpapan dan Kota Bontang. Sekolah ini bernama “ Sekolah Alam”.

Tujuan utama sekolah ini adalah untuk mencetak generasi bangsa sesuai dengan tujuan awal penciptaan manusia, yakni sebagai khalifah fil ardhi ( pemimpin di muka bumi).

Di sekolah ini, nilai akademis tidak menjadi hal yang paling dituntut kepada siswa - siswinya. Lantas, apa berarti mereka tidak serius dalam belajar dan tidak pintar? Tentu saja tidak. Bagaimana akan tercipta khalifah fil ardhi jika mereka tidak cerdas? Banyak orang intelek tapi tidak memiliki akhlak terpuji dan akidah yang mumpuni. Lihat saja para koruptor? Apakah mereka tidak pintar? Apakah nilai akademis mereka di bawah standar? Apakah mereka tidak pernah mengeyam pendidikan tinggi dan meraih berbagai macam gelar pendidikan?

Akhlak, akidah dan kecerdasan disinergiskan di Sekolah Alam. Ssst..sekolah ini punya panggilan khusus lho untuk anak didiknya, bukan anak - anak, bukan murid - murid, tetapi teman - teman. Lebih nyaman didengar, bukan?

Mereka dibekali kewirausahaan melalui market day dan cooking day yang menjadi pelajaran wajib di tiap kelas (Cooking Day khusus kelas 6). Harapannya, jiwa entrepreneur tumbuh dalam diri mereka sehingga kelak mereka tidak bergantung pada lapangan pekerjaan yang tersedia namun justru mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dan bagi orang lain. Kemampuan akademis harus ditunjang oleh lifeskill yang mumpuni.
Cooking Day and Market Day
Sekolah alam juga mempunyai kelas khusus, kelas esensi yang di dalamnya berisi anak - anak spesial (Anak Berkebutuhan Khusus). Menurut saya, sekolah biasa yang berani menerima murid luar biasa itu berarti sekolah yang berani. Karena penanganan anak - anak spesial berbeda dengan anak pada umumnnya.  Guru mereka juga bukan sembarang guru. Guru mereka guru yang memiliki tingkat kesabaran tinggi dan didukung oleh ilmu psikologi. Setelah mendapatkan terapi rutin dan dinyatakan bisa bercampur baur di kelas reguler mereka pun akan dipindahkan ke kelas reguler. Disini anak - anak reguler diajarkan menghormati sesama, tidak mengejek dan mau berteman dengan anak - anak spesial.

Raport di Sekolah alam jauh berbeda dengan raport yang saya terima ketika saya masih bersekolah dulu. Raport Sekolah Alam terdiri dari raport akademis, raport narasi, raport tahsin dan raport assessment. “Kalau begitu tebal dong?” “ Iya!” Kalau begitu guru – gurunya semakin repot?”  “Tentu!”

Menjadi fasilitator (sebutan untuk guru) di Sekolah alam memang begitu melelahkan. “Mengapa?” Karena saat anak – anak pulang pukul 13.30 Wita, para fasilitator masih harus menunggu pukul 16.00 Wita untuk bisa pulang ke rumah. “ Lho, ngapain aja?” Senin, para fasilitator mengikuti tahsin ( belajar mengaji, termasuk menyetor hapalan surat – surat Al - Quran). Rabu, ada acara liqo (pengkajian agama) bersama murobbi. Kamis, agenda rapat kerja rutin bersama kepala sekolah. Jumat disibukkan dengan kegiatan ekstrakurikuler. Kosong 1 hari di hari selasa dipergunakan untuk membuat modul, weekly (rencana pengajaran 1 minggu), dan worksheet ( soal latihan materi). Uyuh banar ( Banjarmasin : benar – benar capek).

Para fasilitator saja diagendakan kegiatan tahsin dan liqo apatah lagi siswa – siswinya. Kegiatan rutin mereka sebelum memulai pelajaran adalah opening (doa), sholat dhuha, tahfiz (hapalan) dan tahsin. Setelah itu bel istirahat berbunyi dan dilanjutkan dengan belajar materi pelajaran sesuai jadwal. Tak heran jika kelas 3 saja hapalan Al – Qurannya sudah banyak.

Jika di sekolah lain baru menerapkan kurikulum 2013 maka sekolah alam sudah lama memakai metode pelajaran tematik yang tak hanya mengandalkan penyampaian materi secara klasikal di papan tulis. Pelajaran disampaikan melalui games (permainan), video dan benda – benda alam. Belajar KPK dan FPB tak lagi merumitkan. Batu, kerikil, tanah liat dan daun bisa menjadi bahan ajar KPK, FPB dan pelajaran lainnya. Penasaran? Buktikan saja!


Para fasilitator pun sering mendapat pelatihan dari konsultan – konsultan pendidikan. Seperti, Pelatihan Guru Hebat oleh Bapak Suhendi dari Bumi Manusia Consulting. Pelatihan Assesment oleh Ibu Septriana Murdiani, Pelatihan Social Entrepreneur oleh Ibu Tatiek Kancaniati Karimah dari Yayasan Kuntum Indonesia. Pelatihan Al – Haq dari Bapak Syaiful Anwar.

Telah lama alam menghidupi manusia. Namun sebaliknya, kita banyak yang menzolimi alam. Alam sering dirusak demi uang melalui penebangan liar dan penambangan. Mengutip kata – kata Bapak Suhendi, “ Mengapa untuk membangun peradaban baru harus menghancurkan peradaban lama?”

Saat alam marah, kita justru balik mengumpat alam karena bencana yang pada dasaranya disebabkan oleh tamaknya manusia. Andai alam dapat berbicara dan menyampaikan keluhannya melalui laporan ke pengadilan sudah pasti manusia serakah yang mengorbankan kelestarian lingkungan akan menjadi terdakwa.

Di sekolah alam, alam dijadikan sahabat. Anak – anak dibekali kecintaan terhadap alam. Pelajaran Green Lab menjadi sarana mengajarkan mereka menanam dan sedekah pohon sebagai amal jariyah yang pahalanya tidak akan terputus meski penanamnya telah tiada. 


Tidak mengherankan bila Sekolah Alam dikelilingi pepohonan yang hijau, asri dan sejuk. Bahkan tanaman langka khas Kalimantan, yakni anggrek hitam berhasil dikembangbiakkan oleh penanggung jawab Green Lab, Pak Herry. 


Pelajaran Outbound juga berperan dalam rangka menyehatkan jasmani dan langkah terapi anak mengatasi ketakutan. Mereka ditangani oleh Pak Tatang dan Pak Arif sebagai fasilitator outbond. Apakah mereka tertinggal materi teknologi? Tentu saja tidak, karena mereka juga mendapat pelajaran TIK.
Bagaimana dengan kegiatan belajar – mengajar di Sekolah Alam? Banyak jalan menuju ke Roma (slogan penyemangat yang sering saya dengar meski saya bingung karena saya sendiri belum pernah ke Roma) seperti itulah cara belajar di Sekolah alam. Belajar tidak melulu di dalam kelas. Belajar bisa dilakukan di luar kelas, di bawah pohon, di padang rumput bahkan outing ke suatu tempat yang sesuai dengan tema pelajaran per kelas, misalnya ke pasar, pantai, industri kerajinan dan lain - lain.
Outing ke Pasar Inpres Kebun Sayur 

KBM di Outdoor

Untuk urusan jajan, mereka "dipagari" oleh pihak sekolah. Di kantin hanya tersedia makanan sehat, NO MSG and NO Nantrium Siklamat/Aspartam (pemanis buatan, seperti nasi goreng dan jeli. yang dibuat sendiri oleh bidang kemandirian sekolah. Tidak ada penjual makanan selain kantin sekolah. Pihak sekolah menganjurkan teman - teman untuk membawa bekal dari rumah. Sedangkan untuk makan siang disediakan oleh tim dapur sekolah yang lagi - lagi No MSG and NO Na - siklamat/Aspartam.

Dengan menciptakan suasana sekolah yang menyenangkan tentu membuat para siswa tidak merasa jenuh, mengantuk, bosan, tidak tertekan fikiran dan perasaannya dan dapat memahami pelajaran lebih mudah. Dan yang tak kalah penting dapat menumbuhkan perilaku terpuji dalam diri anak baik terhadap guru, orang tua, teman bahkan sesama makhluk hidup lainnya. Sekolah impian adalah sekolah yang bukan seperti penjara, mengurung dan mematikan masa anak - anak mereka, mengembalikan generasi bangsa ke fitrahnya sebagai pemimpin di muka bumi dengan akidah, akhlak, karakter dan nilai akademis yang selaras, serasi dan seimbang serta tidak menyakiti alam (termasuk perilaku membuang sampah di sembarang tempat). Itulah Sekolah Menyenangkan, Sekolah Impian.

Opini Siswa Tentang Sekolah Impian:
Kelas I : Fiqri
Sekolah impian itu sekolah yang ada outboundnya dan gurunya suka senyum.

Kelas II : Fidah
Sekolah impian itu yang gurunya baik, belajarnya boleh sambil bermain dan pemandangannya indah.

Kelas III : Aisyah
Sekolah impian itu ada permainannya, boleh mandi hujan karena bawa baju ganti setiap hari, ada outbondnya dan banyak pohon.

Kelas IV : Jihad
Sekolah impian itu yang gurunya baik, tidak sering marah – marah dan temannya baik.

Kelas V : Zalfa
Sekolah impian itu yang sekolahnya luas, bisa berkebun, outbond dan ada outingnya.   

Kelas Vi : Aqib
Sekolah impian itu sekolah yang teman dan gurunya baik dan ada pelajaran IT - nya.      

Opini Fasilitator Tentang Sekolah Impian:

Ibu Fitri ( fasilitator kelas 5 Keruing) : Sekolah impian itu sekolah yang dapat menjawab rasa ingin tahu siswa.

Bapak Kholis (fasilitator kelas 4 Gaharu) : Sekolah impian itu sekolah yang memiliki sinergi yang baik antara guru dan murid serta pihak - pihak sekolah lainnya. 
         









Hari Selasa tanggal 10 September 2013 yang lalu menjadi  salah satu hari bersejarah bagi masyarakat Kalimantan Timur. Pada hari tersebut, masyarakat Kalimantan Timur mengadakan pemilihan gubernur. 

KPU ( Komisi Pemilihan Umum) sendiri telah menetapkan 3 pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur. Ketiga pasangan tersebut telah mendapat nomor urut pemilihan masing – masing.


 Nomor urut 1 yaitu : Dr.H.Awang Faroek Ishak (calon gubernur) dan H.M.Mukmin Faisyal, HP.SH ( calon wakil gubernur). Pasangan nomor urut 1 ini diusung oleh 10 partai diantaranya Golkar, PKS, Demokrat,  PKB, dan Hanura. 

 Nomor urut 2 yaitu : Drs.H.Farid Wadjdw, M.Pd ( calon gubernur) dan H.Aji Sofyan Alex ( calon wakil gubernur). Pasangan nomor urut 2 ini diusung oleh partai PDIP dan PPP. 

Sedangkan pasangan nomor urut 3 yang merupakan pasangan independen adalah H.Imdad Hamid, SE ( calon gubbernur) dan Drs.H.Ipong Muchlissoni ( calon wakil gubernur).

Warga yang telah masuk Daftar Pemilih Tetap (DPT)  berbondong – bondong mendatangi TPS ( Tempat Pemungutan Suara) masing – masing. Salah satu TPS di Balikpapan yaitu TPS 13 Kelurahan Manggar Baru, Kecamatan Balikpapan Timur juga menyambut datangnya DPT.

TPS 13 diketuai oleh Nurliah dengan anggota : Drs.Suradji, Kamaruddin, Sumarni, Kartini, Hasanuddin dan Nurpaidah. Adapun yang menjadi saksi yaitu : Gunadi, Hermiati dan Hastatie.

Para petugas KPPS TPS 13 Manggar Baru









Adapun jumlah warga yang masuk DPT TPS 13 ada 455 orang dengan jumlah laki – laki 129 orang dan perempuan 142 orang. Namun yang hadir untuk menggunakan hak pilihnya hanya 271 orang dengan jumlah laki – laki 130 orang dan jumlah perempuan 141 orang. Sehingga jumlah golputnya mencapai 184 orang atau sekitar 40,44%.
Salah seorang warga bersiap memberikan suaranya
Surat Suara

Menurut salah satu anggota TPS 13, Bapak Suradji, pemilihan gubernur di TPS 13 berjalan lancar dan tertib.
Mengunpulkan surat suara

Penghitungan Suara


Dari hasil penghitungan suara di sore hari didapatkan hasil perolehan suara yaitu, pasangan nomor urut 1: 114 suara, pasangan nomor urut 2: 29 suara dan pasangan nomor urut 3 : 116 suara dengan total surat suara sah sebanyak 259 surat suara. Sementara jumlah surat suara tidak sah ada 12 surat suara.

Dengan demikian di TPS 13 Manggar Baru, yang memperoleh suara terbanyak adalan calon gubernur dan calon wakil gubernur dengan nomor urut 3 yaitu H.Imdad Hamid, SE ( calon gubernur) dan Drs.H.Ipong Muchlissoni ( calon wakil gubernur), unggul selisih 2 suara dari pasangan nomor urut 1 yaitu : Dr.H.Awang Faroek Ishak (calon gubernur) dan H.M.Mukmin Faisyal, HP.SH ( calon wakil gubernur).


Siapapun nanti yang terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur setelah penetapan resmi dari KPU semoga bisa membawa Kalimantan Timur maju, aman, tenteram dengan keseimbangan SDM dan SDA, keluasan lapangan pekerjaan, pemerataan ekonomi dan pendidikan, memberantas KKN. Kesimpulannya, Gubernur dan Wakil Gubernur yang baru nanti jangan sampai ada di lingkaran kasus korupsi.

Jumat pagi hari tanggal 07 Februari 2014
Setelah mengantar Mas Fiqri ke sekolah TK - nya, saya dan Adik Tsaqif jalan - jalan ke PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan) Manggar, Balikpapan. Yuk,lihat pemandangan di PPI!
Menembus lautan demi keluarga

Shortir ikan


Ikan diantar ke Pasar Manggar


 Wadah ikan di dalam laut


                     Persiapan melaut
Kapal - kapal nelayan berbaris rapi
Awas..ada kucing yang siap menyantap!



Adik Tsaqif menghalau si kucing
Siapa mau es batu ganal (Bahasa Banjar : besar) ini?

Harga es batunya Rp.10.000. Biaya penghancurannya Rp.5000,-
Stok es batu

Siap mengantarkan ikan

Pak Baharudin sedang menjahit jalanya yang rusak. Jum'at ini tidak turun ke laut

Pak Baharudin dan adiknya, Pak Kamarudin sudah lama berkutat dengan laut. Sejak masih balita beliau sering diajak orang tuanya melaut. Tak heran baginya tak ada istilah, "mabuk laut". Terpaan ombak dan angin kencang di laut sudah menjadi teman akrab bagi Pak Baharudin dan Pak Kamarudin. Anak - anak beliau sendiri sekarang tak mendapat izin oleh ibunya untuk diajak melaut. Mungkin karena kekhawatiran seorang ibu.

Menurut beliau,sekali turun ke laut untuk sehari semalam memerlukan biaya Rp.250.000,00  -  300.000,00. Sedangkan untuk biaya membuat sebuah kapal bisa mencapai lebih dari Rp.30.000.000,00.

Waktu saya tanya, "apa suka duka menjadi nelayan?"  beliau menjawab sukanya adalah ketika dapat tangkapan banyak. Sedangkan dukanya kalau musim angin selatan yang susah ikan dan naiknya BBM.





Hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 yang lalu, Bandara Internasional Sepinggan Balikpapan yang baru diresmikan pada pagi harinya. Pukul 14.00 Wita, Didi mendarat di Bandara Sepinggan dari Makassar.
Sebenarnya , Didi meminta kami datang menjemput untuk melihat bandara baru di hari pertama peresmian tapi karena hujan deras kami tak bisa pergi ke bandara, hiks - hiks.... Nah, sebagai gantinya  ini foto - foto bandara bagian dalam yang berhasil dijepret oleh Didi untuk Mimi.













Cerita Didi tentang bandara yang baru :
Karena hari pertama masih banyak yang bingung, baik penumpang maupun petugas. Masih ada petugas porter yang kebingungan. Untuk check - in dilakukan di lantai 3 yang juga sebagai pintu masuk. Sedangkan keberangkatan di lantai 1. Kalau dulu khusus pesawat Lion Air di Terminal B, maka sekarang Lion Air juga menempati bandara baru.

Di bandara lama kita akan menjumpai pilar - pilar kayu khas ukiran Dayak sebagai suku asli Kalimantan. Namun, di bandara baru ini semua serba modern. Ciri khas Kalimantan dikemas secara mewah tanpa memakai kayu sebagai bahannya.

Ada satu hal yang terkesan mengurangi mewahnya bandara baru ini. Tempat Parkir!.

Tempat parkir menutupi bangunan bandar. Jika tempat parkir ini dibangun agak sedikit jauh dari bangunan depan bandara,megahnya bandara akan terlihat oleh seluruh pengguna jalan raya yang melintas. Saat posisi kendaraan di jalan raya sejajar dengan nadara yang terlihat hanya tempat parkir. Ketika kendaraan berada di jalan raya yang menanjak baru bisa "mencuri pandang" bangunan utama bandara. 

Mungkin disebabkan baru hari pertama mall - nya masih sepi, belum banyak yang mengisi. Bandara Sepinggan baru ini memang unik karena ada mallnya.Nah, sekarang ke bandara tak harus selalu degan tujuan berangkat atau menjemput family tapi bisa juga dengan tujuan ke mall sekadar cuci mata atau berbelanja .

Didi toleh kanan - toleh kiri, mencari karangan - karangan bunga ucapan  selamat peresmian, tapi kok tak ketemu ya?
Masalah nama bandar memang masih banyak yang pro dan kontra. Ada yang setuju dengan nama baru, " Bandara Sultan Aji Sulaiman". Tapi ada juga yang menolak nama baru itu dan tetap menginginkan nama lama, "Bandara Sepinggan". Bandara Sepinggan memang terletak di daerah Sepinggan.

Selamat atas "lahirnya" bandara baru yang mewah ini semoga bisa memancing minat wisatawan datang ke Balikpapan. 

Welcome to the oil city....